Raih Pembaca dan Iklan melalui Media Sosial

[IMG:img-3645.jpeg]

Media sosial tak hanya berguna untuk berbagi ide, pengalaman, atau perasaan dengan sesama pengguna lainnya. Lebih dari itu, media sosial juga bisa menjadi sarana efektif untuk meraih konsumen yang lebih luas, termasuk bagi perusahaan media massa. Benang merah tersebut terungkap dari berbagai diskusi yang berkembang dalam workshop School of Media Management (SoMM) Batch #12, yang diselenggarakan Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat, pada Rabu – Kamis (4-5/2/2015) di Batam.

Dalam workshop SoMM yang diikuti 19 praktisi pemasaran media cetak dari 9 media yang tersebar di Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Batam, ini pantia menghadirkan narasumber yang kompeten. Mereka adalah pakar media sosial Aswin Regawa,  CEO Alpha Merah Kreasi Herman Kwok, GM Pengembangan Konten dan Digital Majalah Tempo Meiky Sofyansyah, dan Vice President Corporate Communication Telkomsel Adita Irawati.

Mengawali workshop, Aswin Regawa menyampaikan materi Sosial Media Mapping di Indonesia. Aswin menjelaskan pengguna media sosial di Indonesia dari tahun ke tahun terus bertambah. Sebagian besar pengguna mengakses media sosial dari perangkat bergerak, baik mobile phone maupun tablet. Facebook, misalnya, pada 2014 memiliki 72 juta pengguna dari Indonesia. Sebanyak 62 juta di antaranya mengakses facebook melalui mobile phone. Dengan peta pengguna yang demikian, mau tidak mau brand/media harus menyesuaikan dengan strateginya mobile.

Aswin menambahkan, durasi dan volume orang Indonesia dalam mengakses media sosial juga menarik diperhatikan. Sebesar 30 persen pengguna media sosial di Indonesia memeriksa media sosial mereka setiap 30 detik sekali, 20 persen selama 10 menit sekali, dan 29 persen tidak bisa dikendalikan sehingga mereka merasa cemas apabila tidak mengecek mobile phone mereka. Dibanding orang Eropa, durasi akses ke media sosial orang Asia memang lebih banyak dan lebih lama (54 persen). Mereka menggunakan media sosial untuk sharing informasi (45 persen) dan mempelajari sebuah produk (26 persen).

Menurut Aswin, media sosial harus menumbuhkan komunikasi dan kepedulian. Untuk itu, perlu konten yang menarik. Tanpa konten media sosial tak berarti apa-apa. Agar konten media sosial yang dikelola mendapatkan perhatian publik atau konsumen, konten yang dibagikan harus bervariasi sehingga tidak menimbulkan kebosanan pada kosumen. “Prinsip dasar di sosial media harus peduli dan berbagi. Memanfaatkanlah kemauan konsumen,” tutur Aswin.

Bagaimana memanfaatkan media sosial untuk kampanye periklanan? Terkait hal ini, pembicara kedua, Herman Kwok, CEO PT Alpha Merah Kreasi, sebuah digital advertising agency, menyampaikan materi Mengelola Media Sosial untuk Kampanye Periklanan. Sebelum masuk ke materi, Herman menjelaskan jenis-jenis digital advertising, mulai dari content marketing, native advertising, content discovery tools, programmatic, dan retargeting. Iklan melalui media sosial seperti facebook dan twitter umumnya adalah jenis native advertising yang menyamar seperti konten lainnya, tapi disponsori oleh brand.

“Hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat konten sebaiknya buat analisa terlebih dahulu, lalu pilih judul yang cocok, dan siapkan materi yang menarik, sehingga konten tersebut akan menarik minat para pembaca. Sebaliknya yang harus dihindari adalah konten yang tidak terlalu penting, terlalu oversharing dan overposting, serta tidak memiliki strategi,” kata Herman.

Sesi terakhir workshop hari pertama ditutup oleh Meiky Sofyansyah, GM Pengembangan Konten dan Digital Majalah Tempo. Ia menyampaikan materi mengenai Strategi Mengoptimalkan Ruang Sosial Media untuk Pengembangan Bisnis Media Cetak. Menurut Meiky permasalahan media cetak saat ini semakin berkembang dan meluas, tetapi penikmatnya semakin menghilang. Hal ini tak lepas dari hadirnya media digital yang telah menggerus eksistensi media cetak, televisi, dan radio.

“Di tengah revolusi digital, seperti sekarang ini, iklan juga butuh lebih progresif dan menyentuh lebih personal, sebab penikmat atau penonton sudah bosan dengan iklan display. Bahkan, konsumen kini lebih percaya pada rekomendasi pihak ketiga, termasuk percakapan tentang suatu produk yang berkembang di media sosial, dibandingkan dengan iklan display,” katanya.

Riset membuktikan bahwa masyarakat usia 30 tahun ke bawah lebih suka mengakses berita dari internet daripada membaca koran. Lantas bagaimana perusahaan media cetak menyikapi perubahan pasar tersebut? Menurut Meiky media cetak perlu sesegera mungkin dilengkapi dengan versi online. Memang banyak yang mengkhawatirkan pembaca media cetak akan beralih ke online, meski begitu Meiky yakin media cetak tetap dibutuhkan, apalagi dalam hal trust  dan akurasi berita media cetak masih memimpin.

Dalam konteks marketing media, menurut Meiky media sosial bisa menjadi tools yang efektif. Ia membeberkan sejumlah kelebihannya, yaitu speed, kecepatan influence effect jauh lebih cepat ketimbang media cetak, large campaigns dan memiliki kemampuan untuk melihat segmentasi yang diinginkan, serta tersedia dimanapun. “Dengan menggunakan media sosial sebagai alat untuk marketing biaya yang dikeluarkan menjadi sangat murah, brand recognition meningkat, demikian juga brand loyality-nya,” ujarnya.

Belajar dari Kisah Pengiklan

Agar peserta lebih memahami penggunaan media sosial dalam mengkampanyekan suatu produk, di hari kedua workshop SPS School of Media Management (SoMM) di Batam, Kamis (5/2/2015), panitia menghadirkan Adita Irawati, Vice President Corporate Communication Telkomsel. Kepada para peserta, Adita berbagi pengalamannya tentang Digital Channel for Corporate Communications. Ia mengungkapkan, perubahan perilaku masyarakat dalam berkomunikasi menjadi pertimbangan Telkomsel dalam menentukan media yang digunakan. Karena itu, beberapa tahun terakhir belanja iklan digital Telkomsel makin meningkat.

“Sekarang (2015) alokasi untuk iklan digital sebesar 15,5 persen. Memang sebagian besar alokasi masih disalurkan di media tradisional (62,4 persen), tapi digital trennya terus naik,” katanya.

Namun, pada dasarnya pemilihan jenis media tergantung pada segmen market yang dituju. Ia mencontohkan, iklan Telkomsel 4G yang diluncurkan beberapa waktu lalu lebih banyak menggunakan media digital, baik melalui portal berita, search engine, maupun melalui media sosial seperti facebook, twitter, line, dan lainnya. Hal ini karena 4G lebih banyak digunakan untuk kebutuhan digital.

“Channel digital yang paling banyak digunakan Telkomsel adalah detik.com, SEM (search engine machine), youtube, dan facebook. Namun sejauh ini Telkomsel juga memanfaatkan media digital sendiri seperti twitter dan line,” kata Adita. *** (nia/nif)