Tren Media: Dari Readership ke Komunitas

[IMG:img-5460.jpeg]

Seiring makin ketatnya persaingan di dunia periklanan, mutlak bagi para pengelola media untuk memahami kebutuhan pengiklan. Karena itu, sebagai penutup event akhir tahun 2014, pada Rabu - Kamis (10 - 11/12/2014), Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat melalui program School of Media Management (SoMM) Batch #11, mengajak 32 pengelola iklan media cetak dari 23 media di Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan untuk menyambangi dapur pengiklan dan biro iklan di Jakarta.

Mengusung tema Knowing and Understanding The Needs of Advertisers, acara ini dibuka oleh Direktur Eksekutif SPS Pusat, Asmono Wikan, di Aula SPS Pusat, Rabu (10/12/2014). Dalam sambutannya, ia mengatakan panitia sengaja menggabung pembukaan acara ini dengan acara How to Handle Press Well (H2PW) yang diikuti oleh para praktisi public relations agar mereka bisa menjalin networking dengan para perwakilan dari pengiklan ini. “Selama dua hari kita akan mengunjungi kantor pengiklan dan biro iklan seperti BNI, BTN, Pertamina, Telkomsel, Dentsu, dan JWT,” kata Asmono menjelaskan agenda acara.

Usai acara pembukaan, para peserta segera bertolak ke kantor PT Bank BNI (Persero) Tbk yang terletak di bilangan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Kehadiran para praktisi periklanan media ke BNI disambut oleh Tribuana Tungga Dewi,  Corporate Secretary BNI. Dalam kesempatan singkat ini Dewi menjelaskan strategi kampanye komunikasi yang dilakukan BNI. “Kami mengintegrasikan komunikasi korporat dengan komunikasi pemasaran produk dan layanan. Key messages yang kami sampaikan dalam materi-materi komunikasi kami yaitu pertumbuhan keuangan yang berkelanjutan dengan fundamental yang kuat,” ujarnya.

Senada dengan Dewi, Head of Corporate Communication BNI, Harini Yulianti, menambahkan, dalam mengeksekusi strategi komunikasi terintegrasi, BNI menggunakan 360 degree channel. “Semua channel yang bisa diakses oleh khalayak sejak pagi hingga malam hari kami gunakan. Mulai dari suratkabar, televisi, radio, majalah, event, hingga berbagai aplikasi di smartphone,” ujarnya.

Saat diberikan kesempatan berdialog, para peserta menanyakan berbagai kemungkinan kerjasama BNI dengan media lokal di daerah. Sebab, mereka melihat selama ini BNI masih mengandalkan media nasional melalui agency. Menanggapi pertanyaan tersebut, Harini mengatakan, sebagai bank besar BNI mengukur efektifitas kampanyenya dengan mempertimbangkan tools yang dimiliki dan dampaknya terhadap pertumbuhan bisnis perusahaan. “Untuk media-media nasional kami memang menggunakan agency, tapi kalau media-media lokal kami sesuaikan dengan budget,” ujarnya.

 

Beralih ke Komunitas

Dari kantor pusat Bank BNI, peserta melanjutkan perjalanan menuju Biro Iklan Dentsu. Mereka diterima oleh Janoe Arijanto, CEO Dentsu Strat Indonesia. Kepada para peserta, Janoe menjelaskan perubahan perspektif brand atau pengiklan dalam memandang media. “Mereka lebih melihat komunitas apa yang media punya. Kecenderungan brand di Dentsu sekarang memanfaatkan hal tersebut. Bukan hanya publisitas tetapi langsung ke komunitas, sedalam apa media engaged dengan komunitasnya secara offline,” katanya.

Janoe menegaskan, komunitas kini adalah currency baru dalam menilai media massa. Readership yang selama ini selalu dijadikan ukuran ternyata bukan lagi segala-galanya. Brand lebih melihat intensitas dan interaksi media dengan publik yang menjadi audiensnya. Sebab, kini di tengah banjir informasi, publik makin selektif memilih konten media. Mereka semakin menyeleksi apa yang ingin dibaca.

“Kenyataannya sekarang publik memproduksi conversation jauh lebih aktif ketimbang brand atau lembaga dengan menggunakan media massa. Pendek kata, masyarakat 'multi-screen' sekarang semakin selektif terhadap fungsi informasi,” tandasnya.

Setelah mendapatkan pencerahan dari kantor biro iklan Dentsu, para peserta melanjutkan kunjungan ke PT Bank BTN di bilangan Harmoni, Jakarta Pusat. Dalam diskusi yang berlangsung sekira satu jam itu, Marketing Communication Manager PT Bank BTN Tbk, Arrianto E Nugroho, mengatakan Bank BTN masih memilih suratkabar menjadi pilihan dengan mengoptimalisasi bauran media untuk memperoleh jangkauan dampak dan awareness yang optimal.

Ia menambahkan, media cetak masih dipilih untuk menyampaikan iklan kepada masyarakat karena mempunyai pengaruh berita, sirkulasi, dan jangkauan yang luas (koran tier-1). Sementara itu, koran tier-2 memiliki sirkulasi dan jangkauan yang luas dengan biaya yang lebih terjangkau. Sedangkan koran lokal lebih mengetahui kondisi masyarakat dan daerah setempat, secara geografis, demografis, dan psikografis menggambarkan audiens yang loyal. “Selain itu kami juga menggunakan media dengan readership tertinggi di masing-masing kota di lokasi kantor cabang,” ujar Arrianto.

Di hari kedua, para peserta mengunjungi Pertamina. Mereka disambut baik oleh segenap staf dan jajaran Pertamina. Agus Mahfuds Azhari, Brand Manager Pertamina, menjelaskan media kampanye yang digunakan cukup banyak. Adapun materi kampanye yang kini tengah digulirkan yaitu penanaman 100 juta pohon dari Aceh hingga Papua. Pesan yang ingin disampaikan yaitu Pertamina tidak hanya menanam, tetapi juga merawat pohon tersebut.

Usai kunjungan ke Pertamina, peserta melanjutkan kunjungan ke kantor biro iklan JWT (J. Walter Thompson) di daerah Proklamasi, Jakarta Pusat. Setelah memberi pengantar singkat, Account Director CEO of JWT, Sherly Basri, mempersilakan peserta untuk berdialog. Beragam pertanyaan muncul, umumnya mereka ingin mengetahui bagaimana meningkatkan engagement dengan klien dan menemukan ide kreatif.

Menurut Sherly, kunci dari engagement dan ide kreatif adalah seberapa besar keinginan individu tersebut, saling membantu (sense of belonging), jangan cepat menyerah, dan kembali lagi ke diri masing-masing dengan tidak menutup ide dari orang lain. “Berkarir di dunia advertising harus muda, update, serta  harus buat ide kreatif dengan menggunakan media, alat, dan berbagai sumber yang tersedia dari internet,” tutur Sherly.

Acara tahunan ini ditutup dengan berkunjung ke kantor Telkomsel di jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Mereka disambut oleh Yanto, Internal Communications PT Telkomsel. Ia menjelaskan, Divisi Corporate Communications di Telkomsel terbagi menjadi tiga yaitu Internal Communications, Eksternal Communications, dan CSR. “Salah satu peran kami adalah mengelola isu-isu yang ada di industri telekomunikasi. Isu yang dihadapi di industri ini sangat berat,” pungkas Yanto. *** (nia/nif/asw)