Konten Dorong Orang Beli Media

[IMG:konten-dorong-orang-beli-media.jpeg]

Sertifikasi wartawan kini menjadi program yang sangat penting dan menonjol bagi Dewan Pers. Ini mengingat masih banyak wartawan di Indonesia yang belum memiliki kompetensi memadai untuk menjadi wartawan profesional. Dan, agar menjadi profesional, seorang wartawan mesti melalui berbagai proses pendidikan dan pelatihan. Sayangnya, “Tidak semua institusi media memiliki sistem pendidikan atau pelatihan untuk peningkatan profesionalisme wartawan dan karyawan," ujar Nezar Patria, Anggota Dewan Pers di Makassar, Selasa (13/05/14). Ia berbicara hal tersebut di depan 44 peserta workshop Manajemen Pers yang diselenggarakan Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat melalui unit kerjanya SPS School of Media Management (SoMM), bekerjasama dengan Dewan Pers.

Menurutnya, sertifikasi wartawan dilakukan untuk mengkategorisasi level-level kompetensi yang dimiliki wartawan di seluruh Indonesia. Menyinggung soal pelaporan pelanggaran jurnalistik, Nezar menegaskan jika hal tersebut bisa dilakukan secara online. Sertifikasi dan kompetensi akhirnya menjadi sangat penting, karena sebagaimana diungkapkan Yoseph Adi Prasetyo, Anggota Dewan Pers dalam forum ini, profesi wartawan merupakan profesi terhormat, untuk mengabdi pada kebenaran dan kepentingan umum, serta  tunduk pada etika profesinya.

Sementara itu Direktur Unlimited Media Training Jakarta Indra Sihombing, menggugah kesadaran peserta workshop yang berasal dari 20 perusahaan pers di Sulawesi Selatan agar memerhatikan kualitas konten atau isi media. “Konten dan audiens adalah hal penting dalam bisnis media," ujar Indra yang berbicara di hari yang sama dengan Nezar.

Pendorong pertama (first impression) audiens membeli koran adalah terutama karena isi atau kontennya. Konten yang bagus juga akan mendorong pengiklan untuk memilih sebuah media. Itulah sebabnya berbisnis media tidak boleh sekadar menggunakan intuisi atau data tanpa proses yang sah. “Bisnis media merupakan bisnis yang penuh asas tanggungjawab,” tegas Indra. Sayangnya, masih Indra, banyak perusahaan media yang tidak memiliki tim riset dan pengembangan yang benar. Padahal bisnis media bisnis berbasis data," ujar pria yang sudah 20 tahun berada di industri media dan periklanan  itu.

Dalam konteks bisnis, “Sejatinya media harus mampu menjadi marketing solution bagi para pengiklan, dan bukan hanya sekadar menawarkan iklan," ujar M Ridlo 'Eisy, Ketua Harian SPS Pusat di hari kedua workshop ini. Di pengujung workshop, Toriq Hadad, Direktur Produksi Majalah Tempo mengatakan, selama kurun waktu 10 tahun (2000 - 2010), jumlah manusia di seluruh dunia yang terkoneksi internet naik dari 350 juta menjadi 2 milyar. Kehadiran internet inilah yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis media cetak. "Optimalisasi konten media cetak yang dipasarkan di platform digital bisa memberikan nilai tambah bagi perusahaan media," ujarnya memotivasi peserta. *** (asw)